Kamis, 21 Januari 2010

FILM DOKUMENTER (SESSION 1)

SEKILAS FILM DOKUMENTER DI DUNIA

Secara singkat definisi Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Istilah "dokumenter" pertama digunakan dalam resensi film Moana (1926) oleh Robert Flaherty, ditulis oleh The Moviegoer, nama samaran John Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926.

Di Perancis, istilah film dokumenter digunakan untuk semua film non-fiksi, termasuk film mengenai perjalanan dan film pendidikan. Menjabarkan film dokumenter tentu tidak bisa sekilas, karena memang panjang penjelasannya. Namun bisa diawali dengan penjelasan bahwa film pertama dunia adalah film dokumenter, bukan film cerita atau film lainnya. Film – film itu adalah hal sehari-hari yang di rekam, misalnya kereta api masuk ke stasiun. Di lihat dari beberapa dekade lalu, film dokumenter pasti hitam putih, tapi sebenarnya bukan soal warna dan teknis yang membedakannya dengan film fiksi. Yang membedakannya adalah isinya. Film dokumenter menuturkan suatu peristiwa yang otentik dan apa adanya. Itu tentu berbeda dengan film fiksi yang kisah atau penuturannya merupakan suatu kreatifitas imajinatif.
Berangkat dari hal itu, pada dasarnya, film dokumenter merepresentasikan kenyataan, artinya film dokumenter berarti menampilkan kembali fakta yang ada dalam kehidupan.

Pada perkembangannya selanjutnya, muncul sebuah istilah baru yakni Dokudrama. Dokudrama adalah genre dokumenter dimana pada beberapa bagian film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail. Dokudrama atau bahasa umumnya kisah nyata (true strory), sebenarnya sebuah kisah rekonstruksi dari sebuah peristiwa yang benar-benar terjadi. Perbedaan antara dokudrama dan dokumenter ada pada tujuannya. Dokudrama lebih komersil, jadi untuk diperdagangkan secara jelas. Sementara dokumenter mempunyai aspek lebih luas yaitu bisa komersil dan bisa tidak sama sekali. Dokudrama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah ataupun belum pernah terjadi.

Film dokumenter modern berkembang semakin pesat semenjak era cinema verité. Film-film termasyhur seperti The Thin Blue Line karya Errol Morris dan karya Michael Moore: Roger & Me menempatkan kontrol sutradara yang jauh lebih interpretatif. Genre film ini telah menjadi semakin sukses di bioskop-bioskop melalui film-film seperti Super Size Me, March of the Penguins dan An Inconvenient Truth.

Bila dibandingkan dengan film-film naratif dramatik, film dokumenter biasanya dibuat dengan anggaran yang jauh lebih murah. Hal ini cukup menarik bagi perusahaan-perusahaan film sebab hanya dengan rilis bioskop yang terbatas dapat menghasilkan laba yang cukup besar.
Pada kenyataannya, sukses komersial dari dokumenter-dokumenter tersebut barangkali disebabkan oleh pergeseran gaya naratif dalam dokumenter. Hal ini menimbulkan perdebatan apakah film seperti ini dapat benar-benar disebut sebagai film dokumenter; kritikus kadang menyebut film-film semacam ini sebagai mondo films atau docu-ganda Bagaimanapun juga, manipulasi penyutradaraan pada subyek-subyek dokumenter telah ada sejak era Flaherty, dan menjadi semacam endemik pada genrenya.

Dengan kemajuan teknologi dalam hal Kamera video digital modern yang ringan dan editing terkomputerisasi telah memberi sumbangan besar pada para sineas dokumenter, sebanding dengan murahnya harga peralatan. Film pertama yang dibuat dengan berbagai kemudahan fasilitas ini adalah dokumenter karya Martin Kunert dan Eric Manes: Voices of Iraq, dimana 150 buah kamera DV dikirim ke Iraq sepanjang perang dan dibagikan kepada warga Irak untuk merekam diri mereka sendiri.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda