Hidup Kita Milik Tuhan
T: Bagaimana agar dalam hidup ini senantiasa ingat Allah sehingga hati lebih tenang.
J: dzikir terkait dengan berbagai faktor. Pertama faktor internal pelaku, dan ini sifatnya subjektif. Kedua faktor eksternal, yaitu situasi dan kondisi lingkungan tempat pelaku berada. Ketiga, ingat Allah (dzikir) itu sendiri.
Pertama, faktor internal pelaku. Dzikir adalah persoalan yang bersifat subjektif. Artinya tidak semua orang dapat melakukan dzikir dengan intensitas dan kualitas yang sama. Hal itu tidak lain karena masing-masing individu memiliki tingkat perbedaan yang menyangkut keberagamaan, kepribadian dan interes (hasrat) dll. Sehingga sangat berpengaruh kepada intensitas dan kualitas dzikir yang dilakukan seseorang. Orang dengan tingkat keberagamaan tinggi akan berbeda intensitas dan kualitas dzikirnya dibanding orang dengan tingkat keberagamaan sedang atau rendah. Demikian juga menyangkut kepribadian, interes ataupun yang lainnya.
Kedua, faktor eksternal. Situasi dan kondisi di luar pelaku dzikir sangatlah berperan menentukan intensitas dan kualitas dzikirnya. Situasi dan kondisi ini mencakup waktu serta keadaan yang mempengaruhi faktor internal pelaku dzikir. Akan tetapi situasi dan kondisi ini seringkali berbanding terbalik dengan intensitas dan kualitas dzikir.
Artinya situasi dan kondisi yang buruk seringkali meningkatkan intensitas dan kualitas dzikir, sebaliknya kondisi dan situasi yang baik malah menurunkan intensitas dan kualitas dzikir. Misal, ketika orang sedang dirundung musibah/ malapetaka, maka intensitas dan kualitas dzikir (secara umum keberagamaannya) akan meningkat, sebaliknya orang yang sedang suka cita akan cenderung lupa kepada Allah. Hal itu sudah dinyatakan dalam Alquran surat Fussilat/41:51.
Ketiga, faktor dzikir itu sendiri. Dzikir dilihat dari jenisnya ada empat, yaitu dzikrkhofiy (dalam hati) dan dzikr jahriy (dengan ucapan), dzikr ruhiy (dzikir roh) dandzikr amaliy/al-jawarih (ingat kepada Allah melalui aktivitas seluruh anggota badan).
Dzikir-dzikir tersebut dapat dilakukan oleh semua orang, namun tidak semua orang dapat melakukan dzikir tersebut dengan intensitas dan kualitas yang sama. Karena menyangkut kedua faktor yang telah disebutkan sebelumnya. Jangankandzikr jahriy, dzikr khofiy saja terkadang tidak dapat dilakukan jika seseorang sedang sibuk bekerja yang membutuhkan konsentrasi penuh terhadap pekerjaannya tersebut. Jangankan melakukan dzikr amaliy/al-jawarih yang melibatkan seluruh anggota badan, melakukan dzikr qalbi yang hanya melibatkan satu organ tubuh saja sangat sulit.
Melihat kepada kenyataan tersebut di atas, maka tidak mudah untuk senantiasa ingat Allah (dzikirullah) sepanjang waktu dalam hidup ini. Hal itu dapat diperhatikan dalam Alquran yang Allah senantiasa memberikan seruan moral kepada manusia untuk ingat kepada-Nya dan memberikan pahala sangat besar bagi mereka yang dalam hidupnya selalu ingat kepada-Nya. Seruan moral Allah dan janji pahala kepada orang yang ingat kepada-Nya tersebut merupakan perintah sekaligus motivasi, karena kebanyakan manusia adalah lupa kepada-Nya (QS Ar-Ra'd/13:28).
Karena itu, sebagai orang yang beriman harus berupaya untuk senantiasa ingat kepada Allah. Upayanya adalah meningkatkan intensitas dan kualitas dzikir dengan membiasakan dzikir setiap hari meskipun hanya sebentar. Membiasakan dzikirtersebut bisa dilakukan setelah setiap kali melakukan shalat fardlu, kemudian ditingkatkan setelah setiap kali shalat sunnah, misalnya setelah shalat tahajjud di waktu malam hari.
Kebiasaan dzikir semacam itu kemudian dapat ditingkatkan waktunya sedikit demi sedikit. Apabila kebiasaan dzikir tersebut dilakukan, tanpa membedakan situasi dan kondisi yang ada, insya Allah akan mempengaruhi pola hidup untuk senantiasadzikir kepada Allah SWT.
Di samping itu, perlu dipahami dan dihayati betul bahwa hidup manusia itu milik Allah, manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Kita harus berpedoman pada ungkapan minallah, billah, lillah dan ilallah (dari Allah kita berasal, atas pertolongan-Nya kita hidup, untuk-Nya kita beramal, dan kepada-Nya kita akan kembali). Dengan keyakinan semacam itu, maka akan mempermudah bagi kita untuk mengkondisikan hati serta seluruh jiwa dan raga untuk ingat kepada-Nya (dzikir). Karena pada hakekatnya tiada sesuatu selain Dia. Wa Allah a'lam bi al-shawab.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda