Rabu, 20 Januari 2010

Kisah Kisah Penyembuhan Dengan Memaafkan (Part 2)

Kisah Kyay Fatah anak Partai Lembayung

Kyay Fatah hadir pada saat itu dengan wajah lesu, ia hadir di antara peserta workshop dengan sikap menjaga jarak, bicara seperlunya dan cenderung canggung. Ia mengatakan bahwa kerap dilanda kecanggungan dan sukar dalam mengungkapkan pendapat khususnya di area publik. Dari wawancara dengannya ini dirasakan sejak SD kelas 6 , saat ia mendapatkan olok-olok dari teman perempuannya. Namun ia tak mampu menceritakan peristiwanya secara rinci.

Kyay Fatah adalah pengamal tariqat yang terbiasa berdzikir Jahar dan Khofiy. Terapis meminta Kyay Fatah menutup mata dan meminta kepada Tuhan untuk penyembuhannya. Selanjutnya terapis meminta Kyay Fatah merasakan kembali keadaan dzikir yang sangat menenangkan yang pernah dialaminya dan memberikan tanda dengan gerakan pada jari telunjuk kanan saat ia mencapai keadaaan yang pernah ia alami.

Kyay Fatah memberi tanda, terapis memintanya untuk semakin larut dalam keadaan dzikir dan merasakan ia dalam selubung dzikir dan energi ilahiyah . Terapis meminta Kyay Fatah untuk menamai tempat tadi sebagai Ruang Dzikir dan membimbing Kyay Fatah bahwa kelak nanti ia akan diminta memasuki Ruang Dzikir ini. Terapis membimbing Kyay Fatah untuk mengucapkan Salam kepada kesadaran terdalam dan membantunya mencari peristiwa yang dipandang sebagai cikal bakal keadaannya saat ini.

Setelah terdian lama, Kyay Fatah mengatakan ia saat ini di kelas 6, mengenakan seragam putih merah dan berada di ruang kelas, ia mendengar suara dari arah belakang, suara temannya , Hindun yang mengatakan “ Hoi teman-teman, ini nih si Fatah, ayahnya pendukung Partai Lembayung”. Semua teman ikut mencemoohnya . Ia mendengar teman-temannya mengolok-olokinya “Partai Lembayung -Partai Lembayung -Partai Lembayung”. Kyay Fatah melihat Fatah bocah saat itu merasa terpojok, tanpa daya, tanpa suara dan tak mampu menengadahkan kepala melihat ke sekeliling. Apa yang dilihatnya setelah itu Fatah bocah tak mampu memandang dunia sebebas seperti sebelumnya, Fatah perlahan-lahan cenderung menarik diri, selalu menunggu, dan membentengi diri dari pergaulan agar tidak memperoleh rasa sakit yang diterimanya akibat ejekan.

'Kyay Fatah diminta masuk kembali ke dalam Ruang Dzikir. Di ruangan ini Kyay Fatah diingatkan kembali dengan untaian mutiara sang Mursyid “ Bersikap welas asih kepada orang yang membencimu” . Usai Bang Fatah memahami wejangan sang mursyid , Kyay Fatah diminta untuk mengajarkan kepada Fatah bocah yang masih SD kelas 6 untuk memaafkan Hindun, mau berakrab bermain dengan Hindun dan bermain riang dengan Hindun.

Cukup lama Kyay Fatah perlu waktu untuk mengajari Fatah kecil, hingga ulang kali harus masuk ke Ruang Dzikir dan mengingat wasiat sang Mursyid. Kyay Fatah mengatakan si Fatah bocah sudah mampu memaafkan dan bermain akrab dan riang dengan Hindun. Terapis lalu meminta Fatah bocah dengan sikap barunya memasuki perlahan-lahan setiap episode kehidupan yang pernah dilewatinya sejak SD, dan merasakannya kembali.

Kyay Fatah mengakui ia mengalami pegalaman lalu dengan perasaan yang berbeda. Ia lebih lepas, lega dan merasakan kehidupan ini akrab dan menyenangkan. Kyay Fatah dewasa diminta terapis untuk melihat Kyay Fatah yang berubah ini apakah ia mau menerima Kyay Fatah baru ini sebagai bagian dari dirinya. Kyay Fatah dewasa menyatakan mau dan bersedia.

Terapis mempersilakan Kyay Fatah dewasa menyambutnya dengan salam dan mempersilakan Kyay Fatah baru menjadi bagian dari dirinya. Terapis kemudian meminta Kyay Fatah untuk membayangkan ia memasuki beragam lingkungan yang ada di hadapannya dengan perasaan yang sama nyamannya. Kyay Fatah merasakan ia merasa menjadi Kyay Fatah yang baru dengan semangat baru.

Kemudian Kyay Fatah dikembalikan ke keadaan normal. Saat ia diminta menceritakan apa yang dialaminya dalam keadaan hypnosis kepada peserta lainnya, tanggapan peserta mengatakan bahwa Kyay Fatah yang mereka rasakan saat ini adalah Kyay Fatah yang lain dibandingkan dengan yang mereka kenal pada awal pertemuan. Kyay Fatah yang ada saat ini bersuara lantang, mampu menatap mata audiens, lebih santai dan mantap.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda